Kenapa “Pengen Pinter” Jangan Dijadikan Alasan untuk Memulai Kebiasaan Baca Buku


“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”

Tan Malaka

read a book, read a motherfu*king book

Ada beberapa orang yang sempet tanya-tanya ke gue, “eh kenapa sih sekarang lu suka baca?”, atau “eh gimana sih biar suka baca, akutuh gabut tapi cuma tidur2an aja”.

Sebenernya, gue gak sering-sering amat baca buku, walaupun awal-awal kenapa gue beli beberapa buku memang ada sebabnya.

Jadi, gue mulai menyisihkan, bahkan mengedepankan pengeluaran untuk beli buku ketimbang beli “hobi-hobi” yang lain itu sejak awal tahun 2019.

Alasannya pun kalo bisa gue inget-inget emang ada beberapa sih, yang pertama mungkin saat itu gue bener-bener gabut, dan butuh distraksi karena putus dari pacar. (gak gitu juga sih…..)

Yang kedua, mungkin karena gue beli buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck dari 2018 dan gak kelar-kelar, sampe akhirnya bisa gue kelarin di awal tahun 2019.

Dan hingga akhirnya gue bisa menikmati, dan menyadari betapa nikmatnya “menyelesaikan sesuatu”. (ya, gue gampang banget nyerah dulu).

Alasan terakhir, sebenernya dari dulu, dari kecil gue pengen banget bisa konsisten dan menikmati baca buku, ini bisa jadi ter-influence film yang gue tonton, dan tokoh-tokoh yang gue ikutin.

Hubungannya sama quote di atas

Ada sebabnya kenapa gue kasih quote Tan Malaka di atas, walaupun gak begitu ada korelasinya sih.

Intinya, saat itu gue mulai beli, dan baca beberapa buku. Saat itu tujuan gue berubah ke bener-bener murni pengen ngerti, pinter, dan banyak wawasan. Disaat itulah kenikmatan membaca mulai pudar.

Terlebih saat itu (pertengahan tahun 2019) gue mulai KKN (Kuliah Kerja Nyata), semenjak itu sampai akhir tahun gue bener-bener gak pernah baca buku lagi.

Karena disaat itu gue juga sadar bahwa reading supposed to be fun, gak ada tuntutan apapun selain seeking pleasure. Nah, karena pengen pinter kadang membuat kita cepet-cepet bacanya karena pengen cepet tau.

Selain itu, karena emang kenyataannya lu gak bakalan langsung pinter walaupun lu udah baca itu buku cepet-cepet. Untuk jadi pinter itu perlu proses, gak se-simple itu dan gak sebentar.

Oiya, dengan menyatakan demikian bukan berarti gak boleh ya, sangat boleh, kan tujuanmu sekolah atau kuliah buat dapet ilmu, dan pengetahuan, salah satu caranya dengan baca, kan?

Ya, tapi jangan sampe, hanya karena kamu mulai baca beberapa buku lantas membuatmu memandang rendah orang lain juga dong. Itu yang jadi masalah, bukannya dapet manfaat malah mudharat.

Jadi, Gimana nih Bos?

Pastinya, gue gak akan meninggalkan kalian yang sudah meluangkan waktu untuk buka blog gue tanpa beberapa perspektif gue mengenai, kenapa sih gue harus baca buku?”

Beberapa perspektif, dan alasan kenapa harus baca buku ini gue dapatkan sepanjang 2 tahun ini, ada yang dari video, dan juga tulisan-tulisan online.

Jadi, inilah beberapa perspektif yang juga gue jadikan alasan kenapa sampai saat ini gue masih beli, dan baca buku.

Reflect

Ada sebuah video yang membuat gue punya pandangan lain mengenai “membaca”, judulnya “BOOKSTORES: How to Read More Books in the Golden Age of Content” (nanti link-nya ada di bawah).

Dari beberapa bahasan, mulai membangun habit membaca, distraksi-distraksi orang jaman sekarang, dan bagaimana caranya baca buku secara cepat. Ada 1 perspektif yang membelokkan “ending” dari si pembuat video.

Perspektif itu datang dari Prof. Ruth Simmons, beliau adalah perempuan afrika-amerika pertama yang jadi presiden universitas Ivy League.

Intinya beliau bilang bahwa membaca buku itu bisa dibilang, “forced meditation”. Dengan membaca buku harapannya kita bisa merefleksikan diri; hidup kita, sehingga kita bisa menyentuh bagian terdalam dan sunyi dalam diri kita. Sulit untuk membaca tanpa merefleksikan diri.

Mungkin itu juga yang terjadi saat gue menyelesaikan baca buku Mark Manson tadi. Seakan-akan gue mendapatkan tamparan keras. Saat membaca tulisannya, sekaligus merefleksikan jalan, pilihan-pilihan, dan keputusan dalam hidup gue.

Mencari Inspirasi dan Perspektif Baru

Pernah gak sih, kalian memandang sesuatu tuh hitam putih. Misalkan masa-masa pilpres kemarin kalo ditanya, “kamu pendukungnya jokowi ya?”, kalo dijawab bukan, pasti dia menimpali, “oh pendukungnya prabowo.”.

Nah, dengan punya perspektif, dan pengetahuan mengenai sesuatu yang beragam, harapannya kita bisa memandang sesuatu gak terkotak menjadi dua, bisa bermacam-macam. Dalam kasus tadi, bisa aja dia pendukung tronjal-tronjol maha asik.

Selain itu, dengan membaca buku kita bisa dapet inspirasi. Untuk lebih berani mengambil keputusan hidup, punya harapan-harapan yang sebelumnya gak terpikirkan, atau dapet inspirasi bikin sesuatu dsb.

Mencari Batas Kedisiplinan dan Konsistensi

Ini juga menjadi salah satu bahasan di video yang sebelumnya gue sebutkan di atas. Setelah ini, gue minta kalian semua untuk ngecek statistik penggunaan Instagram & Smartphone kalian. Dalam sehari berapa jam?

Dan gak bisa dipungkiri juga, sebenernya kita buka medsos ya hanya untuk hiburan aja, kan? Bayangkan berjam-jam waktu tersebut kalian pake untuk kegiataan yang bermanfaat, seperti membaca buku.

Nah, memulai baca buku dengan tujuan mencari batas, “seberapa disiplin sih gue?”, juga melatih konsentrasi kita, karena membaca buku mengharuskan kita memfokuskan atensi ke bacaan. Jadi kita terbiasa disiplin menghindari distraksi juga.

(Iya, iya.. gue tau media sosial juga bermanfaat buat hiburan, dan mencari kesenangan, biar gak suntuk. atau emang lu jualan via medsos dsb).

Nah, “tujuan” ini juga bisa kalian terapkan untuk memulai kebiasaan-kebiasaan lainnya, olahraga, berkebun, dan lain sebagainya.

Karena dengan punya kedisplinan diri dalam mengerjakan suatu aktifitas yang berjalan secara konsisten. Bukan tak mungkin kamu bisa dengan mudah memulai, dan membangun habit-habit positif baru.


Oiya, membaca buku kan gak selamanya harus baca buku fisik, bisa juga pake audiobook, atau ebook.

Dan, kalo kamu belum bisa, dan terbiasa baca buku, gapapa kok! Gak salah juga. Disini gue cuma beropini dan berbagi perspektif gimana gue suka baca buku.

Terima kasih, kalo ada yang kurang pas atau kesalahan, tolong dikritik dan diberi saran yaa!

*ada banyak alasan, dan manfaat kenapa lu harus mulai baca buku, link-nya ada di bawah yaaa…

Daftar bacaan:


2 responses to “Kenapa “Pengen Pinter” Jangan Dijadikan Alasan untuk Memulai Kebiasaan Baca Buku”

  1. “reading supposed to be fun, gak ada tuntutan apapun selain seeking pleasure. Nah, karena pengen pinter kadang membuat kita cepet-cepet bacanya karena pengen cepet tau.”
    ☝🏼 this happened to me!!
    Tadi siang baca buku buat nyari materi skripsi, entah knp otak susah banget buat paham maksudnya, beda kaya pas baca resep atau manhwa yg plotnya gampang banget nyantol ke otak. Oala ternyata ya pleasure antara baca bahan skripsi sm manwhanya itu yg beda🤣 kalo baca dibarengi pleasure yakin deh trnyata enant lebih gampang nyatol ke otak wkwkwk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *