Tentu di setiap era revolusi memberikan dampak yang signifikan. Tidak hanya keuntungan-keuntungan yang telah kita ketahui, seperti meningkatnya efisiensi produksi dan terjadi peningkatan daya saing.
Akan tetapi juga menciptakan tantangan baru bagi para tenaga kerja, antara lain tenaga kerja dituntut tak hanya pintar dan menguasai teori dibidangnya.
Akan tetapi mereka juga harus memiliki kemampuan belajar atau learning ability yang tinggi untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung cepat.
Berikut ini adalah beberapa pembahasan di artikel ini:
The 4.0 Effect
Kemunculan industri 4.0 memberikan tantangan dan pengaruh bagi industri dalam kelangsungan bisnisnya.
Akan tetapi beberapa hal juga memberikan pengaruh positif pada peningkatan produksi perusahaan.
Knowledge management berperan dalam upaya untuk mendapatkan informasi, agar perusahaan dapat bertransformasi untuk mengetahui sistem kerja atau budaya yang diinginkan oleh para calon pekerjanya.
Calon pekerja yang kini mulai didominasi oleh generasi milenial dan kemungkinan dimasa depan juga dimasuki oleh generasi Z.
Berdasarkan hasil riset oleh IDC yang dilansir oleh TechInAsia ID, dari 1400 jumlah narasumber yaitu para pembuat keputusan dibidang bisnis dan teknologi.
Lebih dari 45 persen mereka menyadari bahwa terdapat urgensi untuk melakukan transformasi budaya kerja, ruang kerja dan penggunaan teknologi.
Selain itu, dalam risetnya pada tahun 2022, 35 persen bisnis akan menggantikan key performance indikator tradisional dengan key behavioral indicator.
Sehingga mereka dapat menggunakan data yang diperoleh untuk mengukur kolaborasi, komunikasi dan kemampuan penyelesaian masalah pada karyawannya.
Transformasi kerja masa depan juga disebutkan dalam riset IDC, dimana perubahan-perubahan seperti bidang area kerja, tenaga kerja, dan budaya kerja, adalah sebuah upaya holistik yang bertujuan untuk memanfaatkan teknologi digital.
Dan juga sikap dan perilakunya untuk menemukan kembali cara bisnis berinteraksi dengan karyawan, partner, dan pelanggan.
Dalam revolusi industri 4.0, peran manusia tentu tidak sepenuhnya tergantikan, dalam urusan pengambilan keputusan dan proses perekrutan masih dilakukan oleh manusia dengan bantuan data dari proses knowledge management.
Disinilah informasi dari big data kembali diperlukan, dalam prakteknya di era 4.0, big data akan membantu deteksi dini kerusakan dan kegagalan produksi, sehingga memungkinkan pencegahan dan peningkatan produktivitas, kualitas, dan manfaat kelincahan yang memiliki nilai kompetitif yang signifikan.
Recruitment and People Development
Tantangan dalam merekrut calon pekerja yang potensial menjadi bahasan pertama.
Karena kebutuhan yang semakin mengerucut pada kemampuan individu dibeberapa bidang, selain itu kemampuan belajar dari para calon pekerja juga diperhitungkan, karena perubahan berlangsung sangat cepat di era 4.0 ini.
Hal ini mendorong perusahaan untuk belajar bagaimana menarik minat para pekerja yang mayoritas merupakan generasi milenial dengan cara-cara yang terbarukan.
Ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan informasi dari knowledge management dimana dari semua pengetahuan yang ada, baik dari internal perusahaan maupun individu yang ingin bekerja.
Salah satunya adalah transformasi di beberapa perusahaan yang melakukan proses wawancara dengan layanan streaming video (tulisan ini pertama kali ditulis tahun 2019 dimana interview secara online belum lazim seperti sekarang), ini mendorong pengurangan budget atau biaya rekruitmen dibandingkan dengan cara yang konvensional.
Menyediakan tempat kerja yang lebih menyenangkan juga menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh perusahaan di era ini.
Milenial tidak ingin kantor tempat mereka bekerja menjadi terasa tidak menyenangkan, mereka menginginkan tempat yang digunakannya untuk menghabiskan waktu berlama-lama demi menyelesaikan pekerjaan mereka.
Selain itu penggunaan aturan pakaian sudah tidak lagi relevan untuk generasi baru, mereka lebih nyaman bekerja menggunakan kaos ketimbang kemeja dan dasi.
Untuk menarik perhatian dan minat pekerja, perusahaan juga bertransformasi dengan memberikan beberapa fasilitas.
Antara lain, snack gratis, cuti yang tak terbatas, karena keinginan mereka yang bebas berlibur meski masih bekerja, kesempatan untuk bekerja dirumah secara remote, dan fasilitas-fasilitas lain seperti tempat berolahraga dan bermain game.
Ini semua dapat diperoleh melalui ekstraksi pengetahuan dari big data yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan.
Keinginan untuk selalu belajar juga harus dapat dipenuhi oleh perusahaan, yaitu dengan memperbolehkan mereka untuk bekerja sambil kuliah, atau dengan mengikuti pelatihan yang relevan untuk pekerjaannya.
Sehingga mereka dapat memaksimalkan potensinya dan memiliki jenjang karir yang cerah di kemudian hari di perusahaan tersebut.
Selain itu hierarki organisasi tradisional dapat melakukan transformasi, karena kebutuhan karyawan untuk saling berkolaborasi sehingga mereka tak lagi segan untuk bekerja dengan manajer, leader atau pekerja yang lebih senior.
Marketing 4.0
Dalam upaya menarik pangsa pasar, sebuah perusahaan juga dapat memanfaatkan knowledge mereka yang telah diekstraksi dari big data.
Yang pertama, mereka dapat mengetahui performa brand mereka dengan analisis data dari sosial media, dengan bantuan alat-alat dan perangkat lunak.
Mereka dapat menganalisa koneksinya di media sosial, baik dengan para penggemar atau pengikut, maupun dengan calon customer atau user, dengan hasil insight data dari impresi atau seberapa besar perusahaan mereka diketahui dan dikenal oleh masyarakat di sosial media maupun mesin pencari.
Sehingga mereka dapat menentukan arah inovasi dalam proses produksi, pemasaran dan distribusi sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh tersebut agar tidak salah sasaran.
Data dan informasi juga dapat digunakan untuk mengubah atau memperbaiki cara mereka dalam melayani customer dan pengguna, sehingga mereka akan terus menggunakan dan secara tidak langsung ikut membantu memasarkan produk dan perusahaan tersebut.
Big data sering dimunculkan dalam upaya untuk menciptakan nilai-nilai melalui beberapa proses seperti, memetakan perjalanan pelanggan yang komprehensif, melakukan personalisasi pada pengalaman pelanggan sehingga mendorong mereka untuk menggunakan kembali karena merasa produk tersebut spesial bagi dirinya.
Proses terakhir adalah menciptakan hubungan yang lebih dalam dengan analisis data, hal ini terjadi karena data diperoleh dengan cara yang beragam tidak seperti cara konvensional.
Seperti penggunaan mesin pencari pengguna, data geo-spasial yang mengetahui dimana pelanggan berada, sistem pengenalan wajah, dan informasi-informasi lain yang secara sukarela diberikan oleh pelanggan itu sendiri.
Google merupakan salah satu perusahaan teknologi raksasa dunia yang telah sadar akan pentingnya kehadiran manajemen informasi hasil dari big data.
Dalam implementasinya, Google memberikan informasi yang paling relevan dan seakurat mungkin dengan menggunakan algoritma yang disebut sebagai teknik crawling dan indexing.
Dimana Google mengindeks semua laman dari berbagai situs diseluruh dunia yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaannya, sehingga Google mampu memberikan hasil pencarian bahkan dalam hitungan milisecond dan real time.
Dari pencarian yang pengguna lakukan, Google juga akan menyimpan data setiap pertanyaan yang di input oleh pengguna sehingga dapat digunakan untuk kepentingan lain, baik oleh Google sendiri maupun oleh pihak ketiga.
Salah satu bentuk penggunaan data yang tersimpan dari setiap pencarian yang dilakukan oleh pengguna Google, adalah kegunaannya dalam hal periklanan.
Google menyediakan setiap data tersebut pada pengiklan yang tertarik bekerja sama dengannya, setiap informasi baik pertanyaan di mesin pencari, hingga situs apa saja yang kita kunjungi setiap hari akan menjadi acuan ketika sebuah situs yang kita kunjungi di kemudian ingin menampilkan iklan dari pihak ketiga.
Dari sana Google akan menampilkan iklan berdasarkan apa yang sedang kita inginkan, baik berupa produk di toko online, maupun jasa yang tersedia seperti jasa pembuatan website, desain dan lain sebagainya.
Big Data for Nation
Tidak hanya perusahaan, sebuah negara pun dapat menggunakan manajemen informasi guna memperbaiki sistem pelayanan maupun kemajuan ekonomi negaranya.
Thailand merupakan salah satu negara yang mulai aware akan pentingnya manajemen informasi, bahkan Thailand memiliki sebuah badan khusus yang menangani promosi dibidang digital ekonomi yang lebih dikenal Digital Economy Promotion Agency (DEPA).
Salah satu perannya adalah dalam melakukan pemikiran strategis untuk menciptakan pengusaha-pengusaha dan inovasi-inovasi baru di negaranya.
Langkah awal yang dilakukan oleh DEPA antara lain menghimpun informasi dari 20 kementrian yang kemudian disatukan kedalam sebuah big data yang terpusat.
Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri bagi Thailand, karena data yang diperoleh awalnya berupa data manual dan tidak terstruktur.
Lalu mengubahnya menjadi data digital merupakan tantangan terbesar dalam proses ini. Akan tetapi setelah semua data dalam sistem telah sepenuhnya terintegrasi, semua layanan pemerintahan dapat mengakses data tersebut untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas negara dibidang transformasi digital.
Tak hanya disini saja, pemerintah Thailand juga memperbolehkan bagi pihak ketiga untuk mengakses data tersebut seperti perusahaan-perusahaan startup dan investor untuk membangun sebuah solusi dan inovasi.
Kesimpulannya, segala pengetahuan yang diperoleh dari proses ekstraksi dan insight big data pada manajemen pengetahuan, memberikan dampak pada perubahan dan transformasi segala bentuk proses produksi dan juga pada proses pengambilan keputusan.
Seperti pada prinsipnya yaitu keputusan desentralisasi dimana sistem fisik dapat membuat keputusan sendiri dan melakukan tugasnya semandiri mungkin, akan tetapi dalam kasus tertentu seperti adanya gangguan dan tujuan lain, tugas ini kembali ditangani oleh manusia.
Selain itu perusahaan juga dapat lebih mudah untuk melakukan targeting pasar dimana mereka akan memasarkan produknya, sejalan dengan prinsip Technical assistance.
Dimana dengan proses manajemen informasi dapat membantu manusia dalam mengumpulkan dan memvisualisasikan informasi secara komprehensif untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah, selain itu prinsip ini mendukung secara fisik pekerjaan manusia yang melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, melelahkan atau tidak aman bagi pekerja manusia.
Dalam pengimplementasiannya harus ada link and match antara manusia dan pengetahuan itu sendiri, sehingga adanya kebutuhan untuk meningkatkan SDM agar sesuai dengan kebutuhan industri di era berbasis teknologi digital dan otomatisasi ini, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan untuk belajar, sehingga dapat mengikuti perubahan dan perkembangan dunia yang sangat cepat.
(Tulisan ini pertama kali ditulis pada tahun 2019, sehingga semua referensi sesuai pada tahun tersebut.)
Daftar Referensi:
- Alavi, M., & Leidner, D. (2001). Review: Knowledge Management and Knowledge Management Systems: Conceptual Foundations and Research Issues. MIS Quarterly, 25(1), 107-136. doi:10.2307/3250961
- Ekambaram, A., Sørensen, A. Ø., Bull-Berg, H., & Olsson, N. O. (2018). The role of big data and knowledge management in improving projects and project-based organizations. Procedia computer science, 138, 851-858.
- How Much Data Do We Create Every Day? The Mind-Blowing Stats Everyone Should Read. (2018, Mei 21). Retrieved from Forbes: https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2018/05/21/how-much-data-do-we-create-every-day-the-mind-blowing-stats-everyone-should-read/#5610019060ba
- How Thailand is using big data to power the government. (2018, Oktober 18). Retrieved from Tech In Asia: https://www.techinasia.com/thailand-big-data-government
- Knowledge Management and Big Data: Strange Bedfellows? (2015, Desember 1). Retrieved from CMS Wire: https://www.cmswire.com/social-business/knowledge-management-and-big-data-strange-bedfellows/
- Milenial, Siap-siap Sambut Revolusi Industri 4.0. (2018, Oktober 3). Retrieved from Kompas.com: https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/03/17521731/milenial-siap-siap-sambut-revolusi-industri-40
- Want To Use Big Data? Why Not Start Via Google, Facebook, Amazon, (Etc.). (2017, Agustus 14). Retrieved from Forbes: https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2017/08/14/want-to-use-big-data-why-not-start-via-google-facebook-amazon-etc/#128c19963d5d
- What is Industry 4.0 and What Does it Mean for My Manufacturing? (2017, May 2). Retrieved from Saint Clair Systems: https://blog.viscosity.com/blog/what-is-industry-4.0-and-what-does-it-mean-for-my-manufacturing