Jagat Twitter minggu lalu sempat diramaikan oleh banyaknya quote retweet dari sebuah tweet seorang dosen.
Kira-kira, begini tweet-nya.
https://twitter.com/ErsaTriWahyuni/status/1381971428568788994
Sejujurnya, gue gak ada masalah sama tweet itu. Bahkan tulisan ini dibuat untuk menjelaskan kenapa tweet itu ada, dan kebaikan apa yang bisa kita ambil.
Jujur aja, sebagai orang yang dulu sempat menggandrungi dunia gebet menggebet (haha wtf gak juga sih). Gue ngerasa mungkin orang-orang banyak yang menyikapi berlebihan tweet tersebut.
Kenapa?
Dari pengalaman bertahun-tahun tersebut, gue menyadari bahwa ada 1 hal yang paling “works” untuk dijadikan bahasan ketika PDKT.
Relevansi. Fulfill their needs!
Sehingga, membahas “Homo Deus” ataupun “Why Nations Fail” ketika PDKT, akan SELALU “works”. Jika bertemu dengan orang yang memiliki ketertarikan yang sama.
Pas kuliah komunikasi interpersonal dulu (4 tahun yang lalu), gue inget ada beberapa hal yang membuat individu ingin dan mudah berinteraksi dengan individu lain.
Tapi karena udah lama dan gue lupa-lupa ingat, jadi gue coba kait-kaitkan dengan hukum gestalt.
(karena kebetulan gue lagi belajar UI/UX design yang selalu bersinggungan dengan hal ini).
Law of Similarity
Hukum ini menyatakan bahwa suatu objek akan cenderung terlihat berkelompok sesuai dengan kesamaan yang mereka miliki.
Gimana maksudnya? Mungkin kesukaan atau hobi yang sama, bisa juga karena agama atau suku yang sama. Atau sekedar jenis kelaminnya sama.
Mereka cenderung lebih mudah dekat, dan memiliki topik bahasan yang akan relevan dari kesamaan tersebut.
Orang yang kebetulan sama-sama membaca Homo Deus, mungkin akan saling tertarik dan ngobrol tiada habisnya. Karena mereka memiliki kesamaan di suatu hal, yaitu buku bacaannya.
Contoh lain yang dekat dengan gue mungkin bertemu dengan orang-orang yang suka futsal, dan kebetulan sama-sama anak perantauan dari daerah Jabodetabek.
Akhirnya kami sering futsal bersama, dan merasa memiliki koneksi, meskipun baru sekali bertemu.
Tapi, tentu saja ini bukan hal mutlak untuk 2 orang yang sedang PDKT. Kadang, bertemu orang yang berbeda, baik perspektif maupun asal daerahnya, terasa lebih seru bukan?
Law of Proximity
Hukum ini menyatakan bahwa suatu objek yang berdekatan, memiliki kecenderungan untuk terlihat berkelompok.
Gue pribadi hampir selalu memakai hukum ini ketika gebet-menggebet lawan jenis. Artinya apa sih?
Biasanya gue lebih memilih gebetan yang sebelumnya udah gue kenal, ntah emang temen atau sebelumnya dikenalkan orang lain.
Jadi gak mungkin banget gue pacaran sama orang random yang gue temui di media sosial.
Law of Continuity
Sesuatu yang terhubung tanpa terputus akan lebih enak terlihat, daripada yang terputus-putus.
Analogi yang pas untuk suatu hubungan kira-kira gini deh. Teman SD.
Gue yakin orang-orang di umur 20-an pernah merasakan ini. Ketika SD ada 1 orang yang terasa deket banget sama kita, tapi karena terpisah jauh dan jarang berhubungan, pas ketemu lagi?
Awkward.
Dan sebaliknya, kita akan sangat merasa nyaman untuk ngobrol, atau PDKT (kembali ke proximity). Dengan orang yang telah lama berinteraksi dengan kita.
Let’s say orang tua, saudara, kakek nenek. Kita cenderung nyaman ngobrol apapun karena hubungan darah yang telah berangsur belasan bahkan puluhan tahun.
Jadi, kesimpulannya apa?
Menurut gue, tiap dating tips, atau self-help tips, gue berani jamin pasti ada yang kurang pas, atau bahkan salah di mata orang-orang.
Tak terkecuali tulisan ini, tentunya.
Kenapa? Pastinya karena pengalaman, referensi, dan perspektif orang berbeda-beda.
Nah, kalo lo lagi proses gebet anak magang penjaga perpus, bisa kali gocek pake buku sastra terkenal?