Relakanlah yang tak seharusnya untukmu
– mzkun
Seringkali, kita dihadapkan pada situasi yang mana mengharuskan kita untuk memilih 2 hal yang sama pentingnya. Menurut kita.
Sehingga, tak jarang kita cenderung untuk memikirkannya berlebihan dan berulang-ulang, atau bahasa keren anak jaman now, overthinking.
Pun demikian diriku, pengikut akun twitter @asw_official seharusnya paham betul betapa seringnya diriku meluapkan kegelisahan dan pemikiran-pemikiran anehku.
Hingga akhirnya beberapa minggu ini, diriku berkesempatan untuk meminang sebuah buku yang aku juga ndak yakin ini buku beneran di-publish atau hanya kompilasi tulisan-tulisan penulis di blog kenamaannya.
Buku itu berjudul, “The One Skill” – Mengubah Hidup dengan Bersikap Lepas.
Meskipun belum selesai membacanya, padahal buku ini salah satu yg paling tipis diantara koleksi buku-ku. Tapi….
Seenggaknya aku merasa mulai mengikuti, atau seenggaknya mempraktekkan sedikit isi buku tersebut. Iya, beneran.
Intinya, dengan bersikap lepas kita bisa menghindari stress, ketika mengharapkan sesuatu berjalan dengan sempurna, kemudian kita tertekan karena berandai-andai, “duh kalo gagal gimana ya”.
Jika kita bersikap lepas, kita akan biasa saja. Apapun hasilnya nanti, buruk ataupun baik. Sehingga kita terlepas dari tekanan tadi.
Dan ada banyak bahasan mengenai bersikap lepas pada situasi dan kondisi lainnya. Intinya gitu, deh.
Oiya, bahkan si penulis (Leo Babauta) gak memberikan copyright di blognya. Saking bersikap lepas, dia gak takut karyanya akan dicuri orang lain.
Lho, kan emang kamu gak bisa mencuri barang yg dibagikan gratis, anggap saja sharing. Begitu katanya, goks!
Lantas, bagaimana diriku mengimplementasikan konsep hidup ini? Oke bakal aku ceritain.
Kalian pernah gak sih beli suatu barang, sebenernya gak butuh-butuh amat sih. Karena “ingin”, atau tergiur promo, jadi beli?
Atau bahkan punya barang, pakaian atau sepatu futsal kesayangan, yang tentu punya nilai historis tersendiri. Pasti gak akan rela “kehilangan”nya kan?
Jadi, beberapa waktu kebelakang ini, aku mulai menjual barang-barang aku. Karena sebenernya gak butuh-butuh amat sih. Gak pernah dipake bahkan.
Sebelumnya, susah banget mau menyingkirkan sesuatu, baju di lemari numpuk, padahal yang dipakai itu-itu aja.
Nah, dengan bersikap lepas kita akan mudah mengesampingkan nilai historis, dan berani menyingkirkannya. Agar barang itu bisa lebih bermanfaat.
*Kebetulan penulis buku ini featured di film The Minimalists sih, jadi gak heran kalo dia juga mengimplementasikan salah satu aspek dari gaya hidup minimalis.
Selain itu, yang tadinya sering overthinking di Twitter dengan hashtag #waktuindonesiaoverthinking. Sekarang diriku udah mulai jarang sih, bahkan lebih menyibukkan diri dengan hal-hal lain.
Overthinking dalam urusan kerjaan juga dulu sering banget, perfeksionis lebih tepatnya kali ya?
Dengan bersikap lepas, sekarang mah kalo ngerjain skripsi atau kerjaan lain mikirnya, “Ah yaudah yg penting kelar”. Ya, seenggaknya berani mulai nulis/ngerjain dulu.
Karena salah satu bahasan di buku itu juga soal menunda-nunda pekerjaan. Yang mana itu hobiku, yang membuatku tidak bisa cumlaude. Hehe.
Yang jelas, dengan mencoba mempraktekkan “bersikap lepas”, dalam menyikapi suatu hal udah gak berlebihan lagi sih.
Dan, rasanya hidup jadi lebih tenang, lebih tertata, dan yang jelas lebih produktif.
Gitu sih, kalo menurut kamu gimana?
One response to “Let It All Go: Seni Bersikap Lepas”
[…] menurut gue sih, mau kerja atau wirausaha, it’s your choice bro. Udah jalani aja hidup ini, yang penting sehat selalu […]